Maklumat Politik


Raden Fatah Yasin: wartawan Globe
Dari Penyair Bakul Krupuk, Menuju Parlemen

Maklumat Politik

Hidup adalah perbuatan, perbuatan adalah pelaksanaan kata-kata. Maka, kedaulatan itu benar-benar di tangan rakyat. Dan Banyuwangi harus berubah.

opini politik untuk banyuwangi
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Banyuwangi mencapai hampir satu trilyun rupiah. Sungguh, itu adalah dana yang bisa memakmurkan rakyat. Belanja pemerintah, terutama belanja bupati harus dipotong. Tapi celakanya tak ada kemauan politik, tak ada keberanian dari mereka yang memegang kekuasaan terhadap pengelolaan anggaran itu yang mempunyai visi untuk rakyat. Inilah realitas politik kita dewasa ini yang memprihatinkan.  Kemajuan adalah perubahan. Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang cerdas, masyarakat yang berpendidikan, yang mampu keluar dari kebodohan. Amanat undang-undang yang menyatakan “mencerdaskan kehidupan bangsa” harus benar-benar dilaksanakan secara konsekuen. Dalam sebuah gerbong sistem kita ingin maju bersama. Artinya, Saatnya rakyat bicara: Jangan Gugup, Jangan Gagap, Jangan Gagu. Gugat Praktik Politik Kotor dan Penuh Riasan Palsu. Jangan pilih saya karena kegantengan saya, jangan pilih saya karena senyum manis saya, jangan pilih saya karena gelar saya, Jangan pilih saya karena kekayaan saya. TAPI mari bersama mewujudkan perjuangan nyata untuk kesejahteraan petani, menjamin ketersediaan pupuk, bibit, dan harga jual yang pantas, menjamin ketersedian bahan bakar bagi kehidupan rumah tangga, menjamin tersedianya fasilitas umum untuk kehidupan sosial, menjamin terbukanya akses pendidikan bermutu bagi semua warga, menjamin perlakuan setara dan sederajat bagi semua warga, menjamin terbukanya akses pelayanan kesehatan bagi semua warga, menjamin kebebasan berekspresi bagi semua warga, maka pilih saya untuk menjadi corong suara anda. Jangan Gugup, jangan Gagap, Jangan Gagu. GUGAT!

Sejumlah Pendapat

Raden Fatah Yasin di Mata Saya.

Seorang penyair ikut maju jadi anggota legislatif? Wah, ini baru kejutan namanya. Aku yakin akan ada warna baru di DPRD Banyuwangi nantinya, minimal akan ada peristiwa baca puisi dan pementasan teater rakyat di gedung DPRD. Tapi sungguh, saya telah berjanji padanya, bahwa akan saya kerahkan murid-murid saya, mahasiswa-mahasiswa saya untuk memilih Fatah Yasin Noor. (Pramoe Soekarno, guru teater dan pimpinan Teater Ungu).

Saya dukung Fatah karena saya tahu kiprah dia di dunia seni dan kebudayaan begitu setia dan intens. Saya yakin hanya dia yang bisa meyuarakan aspirasi para seniman dan budayawan Banyuwangi. Maka, dengan mantap saya dan sekeluarga saya memilih dia. (Yon’s DD, penyanyi dan pencipta lagu Banyuwangi).  

Selain seorang budayawan dia juga pengusaha krupuk, sehingga lahir celetuk “bakul krupuk” menuju parlemen. Artinya, saya yakin dengan tekad beliau mengabdikan diri demi kepentingan bangsa dan negara khususnya bagi pembangunan Banyuwangi. Saya yakin dia mampu, lebih-lebih sebagai corong kebudayaan Banyuwangi di Parlemen (DPRD), sehingga mampu membawa dunia kebudayaan Banyuwangi lebih maju. Di samping itu, saya tahu, dia juga lama bergelut sebagai aktivis. Saya ingat pada 2004, beliau jadi salah satu narasumber dalam seminar “Menguak Tragedi 65/66” yang diadakan oleh PK. PMII Untag 45 Banyuwangi. (Moh. Bashori Khamid, Sekretaris Umum PMII Banyuwangi, 2007-2008).


Pantes kadung Kang Fatah (Fatah Yasin) dadi wakil rakyat, so’ale mulo asli paham roh-e rakyat, gayahe merakyat, ngomonge ceplas ceplos paran anane, paham pola-he wakil rakyat. engeto rakyat kepingin Banyuwangi maju, gagah lan nguweni manpa’at. Akeh prahoro, Taping langitiro magih biru yoro… (Ir. H. Samsul Hadi, Bupati Banyuwangi 2001 - 2004).

Kalau dulu, orang-orang macam Soekarno, M.Yamin, Moh.Hatta, Sjahrier, dan yang lain-lain, mereka itu mengerti sastra. Ini artinya, mereka beradab. Lihat saja Gus Dur, dia itu kritikus seni dan sastra dan seorang budayawan kaliber dan pernah menjadi ketua Dewan Kesenian Jakarta. kalau di Chile, Pablo Neruda adalah penyair yang menjadi ketua partai politik. Nah, di Banyuwangi, ada R.Fatah Yasin yang kini bergerak menuju parlemen dengan mencalonkan diri sebagai anggota Calon Legislatif. Kita boleh menaruh harapan. Dan saya, sebagai sahabatnya, tentu sangat berharap dia jadi, karena saya menaruh impian akan tersuarakannya jeritan-jeritan rakyat dalam bingkai keberpihakan yang jelas kepada mereka, tidak ngambang, namun tegas. (Taufiq Wr. Hidayat, Ketua Forkdem Rakyat Semesta Banyuwangi).

Tentu saja saya mendukung penuh Raden Patah untuk jadi anggota legislatif pada pemilu 9 April 2009. Dia adalah Pemimpin Umum Majalah Budaya “Jejak”, Ketua Dewan Kesenian Blambangan Reformasi (DKBR) yang integritasnya pada sastra dan kebudayaan pada umumnya tak usah diragukan lagi. Sebagai seorang intelektual, anggota DPRD Banyuwangi seyogianya diisi oleh figur muda seperti Fatah, selalu haus ilmu, gemar membaca, menulis dan diskusi dengan berbagai kalangan. Dengan duduknya Fatah di parlemen diharapkan kehidupan seni dan budaya niscaya lebih semarak dan maju. (H. AK. Armaya, Budayawan, Sekretaris Yayasan Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi).   

R. Fatah Yasin adalah salah satu kader terbaik yang dimiliki PAN. Seorang kader yang sejak awal ikut berkeringat membesarkan PAN di Banyuwangi. Artinya, di partai berlambang matahari terbit ini saudaraku Fatah bukan caleg “instan” kemarin sore. Seorang kader yang punya karakter dan sikap demokratis yang inklusif, terbuka, dan biasa menerima segala perbedaan. Sepuluh tahun lamanya sudah dia ikut mengabdi membesarkan PAN. Fatah memang layak mewakili PAN di lembaga legislatif. Semoga dia berhasil meraih suara terbanyak. (H. Haeroni, MPd, Ketua DPD PAN Banyuwangi periode 1998 – 2004).  

Saya tahu persis bahwa Bung Fatah Yasin adalah kader PAN yang loyal, setia dan tulus ikut membesarkan PAN Banyuwangi sejak awal. Mestinya R. Fatah Yasin bakal caleg dari PAN nomor urut satu di daerah pemilihan 1 (Banyuwangi, Glagah, Giri, Kalipuro, Licin, dan Wongsorejo). Tapi tampaknya dia legowo tidak ditempatkan di nomor urut jadi urut jadi, mungkin karena di PAN memakai sistem suara terbanyak. Saya hanya respek pada Bung Fatah Yasin Noor. Ada warna biru “yang lain” atas adanya R. Fatah Yasin di tubuh PAN. Selamat bertarung bung… Semoga sukses. (Touwil Firdaus, kader PAN).

Mas Fatah Yasin mendampingi saya dalam kasus teror “Nias Sauna”. Atas nama takdir, saya ketemu Mas Fatah sebagai Koordinator LSM Blak. Benar saja, atas kehadirannya beban saya terasa ringan. Saya tahu Mas Fatah benar-benar membantu saya secara tulus, benar-benar ingin melindungi saya dari segala bentuk ancaman teror dari mereka yang suka main kekerasan. Mas Fatah itu orangnya kalem, tapi berani dan punya karakter yang kuat. Saya sungguh kagum dan harus berterimakasih pada Mas Fatah ketika tahu bagaimana dia harus berhadapan dengan massa Pagar Nusa, dan  massa FPI yang ngeluruk tempat usaha saya waktu itu. Saya nggak bisa bayangkan apa jadinya kalau tak ada Mas Fatah saat itu…(Any Indrijani, SH, MH, Lawyer, yang juga pemilik usaha spa “Nias Sauna”). 

Saya menilai sepak terjang R. Fatah Yasin di lingkungan sosial kemasyarakatan menonjol dalam sikap inklusifnya. Setahu saya dialah satu-satunya orang yang “gigih” sebagai Ketua Panitia penyelenggara seminar Silang Budaya Jawa Tionghoa di Hotel Ikhtiar Surya, belum lama ini. Saya percaya Bung Fatah adalah tipe orang idealis, aktif diberbagai bidang tidak semata-mata untuk mencari materi. Bung Fatah juga sering jadi narasumber pemberitaan pers dengan sejumlah penyataannya yang segar dan berani, termasuk berseberangan pendapat dengan FPI.  Oleh sebab itu layak jika kita pada pemilu legislatif 2009 mendatang memilihnya sebagai salah satu alternatif caleg yang pantas duduk di lembaga legislatif. (Agus Liem, Ketua Lions Club, pemilik Resto Melaties, Meneng, Banyuwangi).

Kemudian, garis keluarga menunjukan campur tangannya. Setidaknya kebakatan politik yang diwariskan sebagai ingatan bertahun lalu melalui migrasi politik keluarga dari Palembang ke Banyuwangi merupakan darah yang mengaliri pembuluh tanpa terbatalkan. Kepanyairan, tak terbantahkan, diturunkan dari kakek buyut yang ulung menggubah pantun melayu sindiran semacam “Sinyor Kosta” yang bikin merah telinga penguasa kolonial di Palembang zaman itu. Kebakatan itu, yang hari ini tampaknya mulai hendak menuntaskan janjinya, bercampur-kelindan dengan biografi masa kecil seperti “Biskalan” yang memberikan pengalaman berlingkungan majemuk yang kelak menerbitkan sikap egaliter yang kental. Dengan cara seperti ini Fatah Yasin Noor menjadi dirinya dan menjelangkan masa depannya. Bagaimanapun, hal-hal ini merupakan bekal yang menentukan Fatah meyakini dirinya dan bersamanya ia juga dikenali orang lain. Tentu saja kenyataan inilah yang menuntun dirinya mengetuk pintu parlemen dan bukan tak mungkin juga mengantarnya untuk menduduki salah satu kursi di dalamnya. (Dwi Pranoto)
     
Saya mendukung pencalonan Kang Fatah Yasin. Boleh dia berangkat dari ‘”bakul kerupuk” menuju parlemen, tapi saya berharap ketika duduk di parlemen jangan sampai melempem seperti kerupuk. Tapi, saya yakin dia tidak akan melempem, karena kerupuknya tidak pernah ada yang kaples karena kerupuknya dibungkus plastik (steril)”. (Agus Safari, S.Pd, Ketua Lembaga Kajian Kebijakan Publik dan Politik Lokal Banyuwangi).


Istri saya orang muhammadiyah. Dialah yang paling getol “kampanye” di lingkungan Aisiyah untuk memilih Fatah Yasin. Saya hanya mendorong dari belakang. Karena Fatah di mata saya adalah sosok aktivis LSM yang baik, lurus dan profesional. Segala tugas ditangannya selalu beres. Dia pandai menulis dan ucapannya sering mengundang inspirasi. (Suparmin, SH, Ketua LSM Blambangan Anti Korupsi).


Dalam frame berfikir para ahli politik senantiasa menjauhkannya dengan intrik. Namun demikian, keteladanan bertuan menjadi doktrin yang masih kuat melekat dimasyarakat. Sehingga untuk merealisasikan politik rasional hanya sekedar impian yang belum terucapkan. Saya melihat hal tersebut akan tergeser dengan politik lebih apik, manakala R. Fatah Yasin maju sebagai calon legislatif dalam pesta demokrasi rakyat 2009. Selain itu, keteladanan tak bertuan akan tumbuh berkembang yang esensinya tercipta harapan untuk tidak melihat orangnya melainkan lisan dan perbuatan. (Nur Hariri, Sekretaris BEM-Untag ’45 BWI).

Tan Malaka seorang sosok revolusioner dimata saya ,yang  sampai akhir hayatnya harus berselisih pandangan dengan duo proklamkator,tentang konsepsi sebuah Republik Indonesia,…..sebagai seorang komunis sejati., sayapun apabila melihat sosok Tan Malak berhal inilah Nike belum selesai  


Ini merupakan perjuangan yang berat bagi siapapun yang melangkahkan kakinya menuju Parlement untuk berjuang bersama dan untuk rakyat, mewujudkan cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia yang kita cintai ini. Mas Fatah, panggilan akrabnya merupakan sosok yang jujur dan memiliki kepribadian yang apa adanya, suka berkumpul untuk berdiskusi dengan masyarakat guna mencari solusi atas persoalan-persoalan yang dihadapi rakyat. suatu langkah yang patut kita dukung bersama, bahwa perjuangan Mas Fatah untuk mewujudkan Keadilan dan Kemakmuran di Negeri Indonesia tercinta akan mudah tercipta bila ia menjadi pengambil kebijakan dalam ruang di Daerah Kabupatan Banyuwangi, yaitu sebagai “Sang Legeslator” satu hal lagi yang tidak perlu diragukan lagi, Mas Fatah merupakan orang yang Anti Terhadap Korupsi, hal itu diwujudkan dalam aktifitasnya pada gerakan-gerakan Pemberantasan Korupsi di Kabupaten Banyuwangi ( AHMAD BADAWI Ketua DPC GMNI Banyuwangi).

Lagi-lagi saya mendapat telepon dan SMS dari berbagai calon legislatif (caleg) di Kabupaten Banyuwangi untuk mendukung mereka, tapi bagi saya itu bukan hal yang mudah untuk kita giring keparlemen. Banyak politisi yang berlomba-lomba, berorasi, dan orator didepan publik untuk duduk dikursi parlemen dengan menyuarakan aspirasi rakyat, dan rakyat pun terhipnotis dengan janji mereka.dengan munculnya seorang penyair ploletar R Fatah Yasin merupakan sebuah inpirasi di mata saya ketika saya melihat semangat nasionalisme dan jiwa frofesianalnya dalam sisi kerakyatan. Dia selalu mengkritik ketidak adilan dalam syair dan puisinya di berbagai media.Buat Bung Fatah jangan pernah mengatakan tidak jika ingin kamu lakukan, dan jangan pernah mengatakan iya jika tidak ingin kamu lakukan. Saatnya penyair memimpin. (T Patty,  Kabid Politik DPC GMNI Banyuwangi)

Menciptakan sebuah “perubahan” kata inilah mungkin yang diharapkan masyarakat Banyuwangi. Adalah  mungkin juga bila seorang budayawan, esais, dan penyair seperti R Fatah Yasin ini akan membawa perubahan dan suasana baru dalam  gedung parlemen karena beliau punya kemampuan untuk itu. Jika selama ini jerit hati hanya di tuangkan dan ditulisnya saja ketika melihat ketimpangan di Banyuwangi, dengan berada diparlemen beliau bisa memperbaiki keadaan ini lebih dari biasanya. Semoga dalam aktifitasnya selalu mendukung pada gerakan-gerakan Pemberantasan Korupsi di Kabupaten Banyuwangi (Taufik Walhidayat AMd. Kom  Penyair Banyuwangi).


Dewasa ini, citra lembaga legislatif semakin merosot di mata rakyat. Banyak anggotanya yang terseret kasus korupsi. Kita berharap ada sejumlah anggota legislatif yang benar-benar bisa membaca aspirasi rakyat dan melaksanakannya secara konsekuen. Saya taruh kepercayaan itu pada R. Fatah Yasin, sosok yang masih punya idealisme, lama berkecimpung di dunia aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Lewat SMSnya kepada saya belum lama ini dia mengaku sangat mengagumi neososialisme, atau sosialisme baru, yang kini tengah marak di kawasan Amerika Latin. (Sugihartoyo, SH. Rektor Untag Banyuwangi).

Panggilan ke Parlemen Demi mewujudkan Sebuah Cita-Cita
Oleh Drs. Suhalik
Pemilihan Legislatif (pileg) adalah salah satu cara menyeleksi wakil-wakil rakyat yang bisa diharapkan mengartikulasikan aspirasi rakyat ke arah perubahan perbaikan yang mensejahterakan. Tentunya, untuk mewujudkan cita-cita aspirasi itu diperlukan prasyarat tokoh yang memiliki integritas moral tinggi dan investasi perjuangan yang sangat panjang didalam mengadvokasi persoalan-persoalan kerakyatan, atau persoalan-persoalan rakyat yang tertindas, lemah dan dimiskinkan. Dua prasyarat kreteria itu menjadi parameter membimbing rakyat dalam menentukan wakil-wakilnya di parlemen. Celakanya, prasyarat kriteria itu tidak menjadi pembimbing di saat memilih, menentukan wakil-wakilnya di parlemen. Inilah kelemahan kita dalam memilih pemimpin dan wakil-wakil rakyat. Akibatnya, parlemen dipenuhi wakil-wakil rakyat tipe kelas C atau D, dan petualang-petualang politik yang berselingkuh dengan eksekutif menggarong uang rakyat.

Di saat sikap apatisme dan skeptisme terhadap pemilu mencapai titik nadir, kehadiran sosok figur seperti Bung Fatah perlu diperbanyak di parlemen, karena prasyarat kriteria itu telah terpenuhi.

Sesama aktivis pergerakan peran Bung Fatah di dalam mengadvokasi persoalan-persoalan kerakyatan tidak diragukan lagi, investasinya cukup panjang dalam pergerakan di Banyuwangi. Sehingga untuk memberdayakan wakil-wakil rakyat yang sesuai dengan aspirasi rakyat kualifikasi figur semacam Bung Fatah layak dipertimbangkan untuk dipilih.

Motivasi kuat memperjuangkan cita-cita kerakyatan merupakan keunggulan Bung Fatah bila dibanding dengan calon yang lain. Tidak sekadar ikut meramaikan pesta demokrasi dan dorongan napsu mencari kekayaan serta memuaskan napsu keserakahannya. Pemilu 9 April 2009 sangat strategis jika kita tidak cerdas dalam memilih para pemimpin dan wakil-wakil rakyat nasib bangsa kita akan tetap terpuruk, tidak bisa keluar dari krisis multidimensi dan akan memperpanjang mengakhiri transisi demokrasi.

Semoga untuk pencalonan kedua kali ini bisa berhasil. Kalau tidak mari kembali dalan habitat asli pergerakan. Perjuangan masih panjang. 

Mengenai R. Fatah Yasin

Oleh: Taufiq Wr. Hidayat

Marilah berbicara politik. Saya tidak pernah alergi dengan politik, pun tidak akan menghindari pelbagai dinamikanya. Bukan sebuah kendala, jika siapa pun masuk ke dalam dunia politik. Ada yang bilang politik itu kotor, curang, jelek, dan lain-lain yang tidak baik. Ya silahkanlah yang mau bilang demikian. Tapi, lihat saja. Tokoh-tokoh kita besar dalam dunia politik. Persoalannya sekarang bukan pada politik-nya, tapi moralitas seseorang di dalam politik itu sendiri. Moh.Yamin itu penyair, yang tentu saja seorang politisi ulung. Nah, dengan demikian, politik itu ialah sebentuk alat, dan karena ia adalah alat, maka keberadaban seseoranglah yang menggunakannya, tentu bukan sebaliknya. Di sini penting artinya, bahwa dalam berpolitik harus tetap menggunakan nilai-nilai humanisme. Kalau subyektif saya menilai, orang yang paling humanis itu adalah seniman atau budayawan. Menjadi celaka jika dalam berpolitik itu tidak pakai perasaan humanisme, maka praktis dunia politik praktis akan mirip Gladiator, manusia lawan hewan buas, tinggal yang kuat ototnya siapa; manusianya atau hewannya? Dalam kondisi yang demikian, akal sehat dan nilai-nilai kemanusiaan sudah tidak menjadi penting sama sekali.

R.Fatah yasin itu kan sastrawan, budayawan, seniman, juga seorang penjual kerupuk yang biasa-biasa saja. Namun, bukankah orang-orang macam Soekarno, Hatta, Sjahrier, Moh.Yamin, KH.Agus Salim, KH.Wahid Hasyim, KH.Achmad Dahlan, HAMKA, dan yang lain-lain itu kan orang-orang yang biasa-biasa saja. Ini artinya, bahwa manusia sebagai humanisasi aktual dari dirinya sendiri adalah sosok yang biasa-biasa saja. Dan dengan kebiasa-biasaannya itulah ia melangkah ke jenjang yang lebih baik lagi, bahkan menjadi luar biasa. Gus Dur itu orang biasa, santri, penjual kacang goreng tanpa minyak, penjual es lilin, penulis biasa di koran-koran, cuma kemudian dia ‘kebetulan’ jadi ketua PBNU, lalu ketua Dewan Syuro DPP PKB, lalu jadi Presiden RI, jadi presiden perdamaian agama-agama sedunia, mendapatkan gelar presiden terlucu sedunia dan presiden tercepat sedunia dalam melakukan perjalanan keliling dunia, dan lain-lain prestasi yang ‘tidak masuk akal’ bisa dia raih, dia meraihnya. Bukankah dengan demikian kiprah dan keberadaban seseorang menjadi sangat penting di dalam langkahnya meraih sesuatu yang fantastis? Dengan demikian pula, nilai-nilai humanisme yang benar-benar dipertahankan dengan setia, menjadi vital di dalam mengukuhkan eksistensi ketokohan seseorang. Di dalam R.Fatah Yasin, saya rasa ada terdapat kandungan itu. Saya meyakininya. Itulah karenanya saya mendukungnya dengan sepenuh hati.

Biodata Singkat.
R. Fatah Yasin, lahir di Banyuwangi 1962. Anak keempat dari tujuh bersaudara, dari pasangan R. Mohammad Noor Syarif dan RA. Fatimah. Fatah dikaruniai dua orang anak, Afrizal Nirwanto (12), dan Yashinta Nur Safitri (9). Sebelum masuk ke politik praktis, ia dikenal sebagai aktivis mahasiswa dan pekerja seni dan budaya di Banyuwangi. Sekretaris bidang seni-budaya Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyuwangi, (2002 – 2006). Sekretaris DPC GMNI Banyuwangi (1996). Koordinator LSM Blambangan Anti Korupsi (BLAK). Pemimpin Umum Majalah Budaya Jejak. Sejumlah puisi dan esainya tersebar di media massa Jawa Pos, Bali Post, dan lain-lain. Juga dimuat di buku Antologi Puisi Indonesia (KSI, Jakarta, 1998). Antologi tunggalnya “Gagasan Hujan” diterbitkan PSBB, 2004. Pencipta puisi terbanyak (1721 puisi) pada Lomba Cipta Puisi Online Telkom 2006. Sejak tahun 80-an aktif menggerakkan apresiasi sastra dan teater di sekolah-sekolah, membentuk komunitas seni dikediamannya, KR 79, disamping juga sebagai pengusaha kecil kerupuk ikan Palembang. Fatah Yasin yang juga sarjana Manajemen Keuangan, ini beralamat di Jalan Rinjani No. 79, Singotrunan, Banyuwangi.  HP: 081358102106. Email: fatahynoor@yahoo.com

0 Response to "Maklumat Politik"

Post a Comment